Bulan Ramadhan atau syahru siyam datang menghampiri. Di tahun 2010 ini Ramadhan bertepatan dengan bulan Agustus, yang mana banyak sekali moment bersejarah di dalamnya. Salah satunya adalah Hari Kemerdekaan Republik Indnosia. Sebuah sejarah panjang telah menghiasai catatan perjalanan panjang Bangsa Indonesia . Yaitu sebuah usaha melepaskan diri dari penjajahan.
Di bulan Ramadhan 1431 H ini, seluruh umat Islam yang Iman di wajibkan berpuasa. Sebagaimana firman Alloh SWT “Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibka atas kamu untuk berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kami, agar kamu menjadi orang yang bertaqwa”.
Melihat dari hal tersebut di atas, tujua puasa adalah jelas, yaitu membentuk manusia yang bertaqwa. Secara umum taqwa adalah menjalankan segala perintah Alloh dan menjauhi segala larangan Alloh. Namun demikian, lebih dalam lagi taqwa adalah bentuk penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak Alloh.
Namun terkadang kita selalu disesatkan oleh kehendak nafsu. Hati kita telah dibelenggu oleh nafsu. Jadi yang pertama harus kita lakukan adalah membeaskan hati kita dari jeratan nafsu. Nah salah satunya dengan berpuasa.
Nafsu sangat halus dan indah bermain di hati manusia. Bayangkan ketika anda memiliki harta berlebih, kemudian anda bersegera mendermakan sebagian harta anda untuk para kaum fakir dan duafa, kemudian anda menjelaskan pada mereka, terima ini sebagai rizki dari Alloh SWT, saya memberikannya secara ikhlas. Ketika anda berkata demikian itu artinya anda sudah menjuluki diri anda sebagai orang ikhlas. Padahal predikat ikhlas hanya Alloh yang tahu. Permainan siapa ini? Tiada lain adalah permainan nafsu. Nafsu yang mendorong kita untuk menjadi orang yang dijuluk sebagai orang deramawan yang ikhlas.
Kalau kita menyadari hal demikian, terkadang nafsu bermain lebih halus lagi. Dengan berkata pada hati, sudahlah kalau beramal gak usah ngomong-ngomong, beramal dan lupakanlah amal itu, cukuplah Alloh yang tahu kau beramal, sehingga kau menjadi orang mulia di sisi Alloh. Sekilas ini indah, tapi lagi-lagi ini adalah jebakan nafsu yang mengarahkan kita pada sifat ujub (merasa diri baik, merasa diri mulia di sisi Alloh). Sifat ujub ini yang sangat halus dan tidak dapat dilihat oleh orang lain, bahkan diri sendiri terkadang tidak menyadarinya.
Mudah-mudahan dengan berpuasa kita akan mendapat tingkatan ketaqwaan dengan sebenar-benarnya taqwa. Yaitu dengan menggantungkan segala sesuatu hanya pada Alloh SWT. Tidak bergantung pada makhluk, tidak bergantung pada amal karena semua makhluk adan amal akan kembali pada Alloh SWT.