Ada yang menarik dari tokoh inspiratif yang satu ini. Sementara banyak orang menjual cerita kesuksesan dan mendorong orang untuk be positiv, tapi dia malah seolah-olah mendorong untuk gagal dan menjadikan orang be negativ.
Naomi Susan, adalah orang terkaya paling muda. Seorang pengusaha yang cantik dan berusia muda, saat ini usiannya menginjak 35 tahun. Dia adalah sosok yang cerdas dan cantik. Orang mengenalnya dengan panggilan: Naomi Susan. Bos di Grup Ovis tersebut punya garapan bisnis yang beragam. Tapi, dia mengaku bingung soal jumlah asetnya.
Tapi kesuksesannya saat ini bukan datang secara tiba-tiba, melainkan melalui proses perjalanan yang berliku dan panjang. Kegagalan-kegagalan demi kegagalan dia alami. Salah satu kegagalan besar yang pernah dia alami adalah ketika memutuskan mencoba menginvestasikan uangnya ke pasar modal. Itulah kali pertama bagi Naomi berbisnis dengan uang sendiri. Ketika membantu sang tante jual-beli tanah semasa SMA, dia lebih berperan menjadi semacam asisten. “Pertama kali mulai mencoba memutar uang pribadi, saya justru menghadapi hal yang tidak mengenakkan,” cerita penggemar warna merah itu.
Saat itu dia memutuskan menginvestasikan tabungan dengan membeli saham di lantai bursa. Dia mengaku kalah banyak karena saham yang dibeli jeblok. “Saat itu saya mulai berpikir nggak mau lagi bisnis pakai uang sendiri. Kalau nggak berhasil, bisa hancur lebur,” ceritanya. Dia berpikir, lebih enak bekerja menjadi karyawan di perusahaan orang lain. “Penerimaan stabil, dapat gaji setiap bulan. Lebih aman,” ujarnya.
Dia hampir frustrasi. Naomi pun ingin menutup rasa sesalnya dengan melanjutkan kuliah ke Australia. Namun, di antara kebimbangan itu, Naomi yang masih trauma berwiraswasta memutuskan ingin menjadi karyawan swasta. Surat lamaran pun dilayangkan ke PT Ovis Utama, perusahaan yang kelak dia nakhodai dan membawa namanya diperhitungkan sebagai miliarder muda. Ovis, kala itu, adalah perusahaan jaringan diskon. Bidang garapannya masih di jaringan diskon restoran. Lamarannyapun sempat di tolak, tapi kemudian dipanggil kembali. Sejak saat itu, Naomi yang masih betah melajang ini berkarir sebagai staf public relation di Ovis.
Dari pengalaman kegagalan dan proses mencapai kesuksesan kini, Naomi juga sedang getol menularkan “filsafat kegagalan” kepada khalayak. Jika orang berpikir be positive, dia malah mengusung tema be negative. Dia menulis buku berjudul Be Negative. Dia ingin menjual kegagalan, dengan maksud jangat takut gagal, justru dari kegagalan itulah kita belajar menuju kesuksesan. Satu lagi yang perlu dicamkan orang banyak berbuat dan banyak gagal adalah lebih baik daripada orang yang tidak pernah gagal sama sekali, karena tidak pernah bertindak sekalipun.